Sabtu, 12 Mei 2012

contoh cerpen


Akhirnya Ku Menemukanmu
Gadis itu bernama Vea. Gadis yang membuatku mulai mengenal cinta. Wajahnya yang manis memberikan aku keteduhan ketika memandangnya. Aku masih belum terlalu mengenal cinta, ketika itu umurku baru menginjak 16 tahun ketika aku mulai mengenalnya. Entah berawal dari mana aku mulai mengetahuinya, seakan Tuhanlah yang mempertemukan kita. Aku hanya tau namanya, aku tak berani mengajaknya berkenalan. Cukuplah hanya memandang wajahnya membuatku bahagia.    
Vea tinggal di sebuah kota, dekat dengan tempatku menuntut ilmu, setiap hari aku bisa memandang wajahnya, melihat senyumnya, seakan ia memiliki pancaran cahaya dari wajahnya sehingga membuatku sangat tenang kentika memandangnya.  Namun, mungkin dia belum menyadari bahwa aku sering memperhatikannya, ah aku telah mengotorinya walau hanya dengan memandang wajahnya saja. Sebenarnya aku ingin melupakannya, aku begitu teramat takut mengajaknya berkenalan secara langsung, aku tak mau mengotori jemarinya, aku tak mau membuatnya kotor karena cintaku padanya.                                                   
◊     ◊    ◊
Waktu begitu cepat beralalu, 1 tahun sudah semenjak aku tau sahabatku juga menaruh hati padanya, aku mulai menyimpan rasa ini, menguburnya kedasar hatiku,  biarlah hanya aku yang tau rasa ini, biarlah aku yang terluka aku tak ingin menyakiti sahabatku. Dan semenjak 1 tahun yang lalu, aku mulai menghindar darinya, namun tak lantas membuatku berhenti mencintainya, semakin kemenjauh darinya semakin cinta ini begitu besar untukknya, aku takut, takut tak bisa mengendalikan emosiku, takut aku kan melukai sahabatku. Aku sangat takut.
Malam yang cerah, namun tak secerah hatiku, hatiku galau memikirkan gadis yang aku cintai. Tak bisa berfikir apa-apa, aku ingin segera mengakhiri studiku agar aku tak bertemu dengannya lagi, agar rasa sakitku bisa terobati sedikit demi sedikit, mungkin dengan cara itu aku bisa melupakannya. Saat aku asyik dengan kesendirianku, tiba-tiba Tomi datang, menganggetkanku
“Tom,,, tumben....” Tanyaku
“To the poit aja Yo,,, aku sudah nembak Vhea...”
 “Trus “ tanyaku penasaran bercampur dengan rasa takut
“Dia nolak aku...” ujarnya kecewa
 “ kenapa “ tanyaku penasaran
 “ dia mencintai orang lain...”
 “ siapa ‘”? tanyaku
“Kamu.....” Jawab Tomi sambil memandangku
“Aku,,,,?” tanyaku terbata-bata
 Hatiku sungguh girang bukan main, namun aku benar-benar takut, Tomi akan kecewa denganku. Aku sedih melihat sahabatku sedih.
“Maaf Tom, aku gag bermaksud, aku memang mencintai Vhea, namun aku tak ingin kamu tau hatiku sesunggunya,,, sampai saat ini aku masih mencintainya..” ujarku menjelaskan Tomi hanya tersenyum
“So, tunggu appa lagi kawan, tembak dia.....” bujuk Tomi
“aku gag bisa Tom, Pegang janjiku, aku akan melamarnya 6 tahun lagi, setelah aku sukses menjadi seorang dokter “ ujarku berapi-api”
“Inii baru sobatku...”Ujar Tomi menyemangatiku.                                                       ◊     ◊    ◊
Waktu terus berlalu, kini aku telah menyelesaikan Studiku di bangku SMA, dan aku meninggalkan gadis yang aku cintai tanpa adanya janji, tanpa adanya salam perpisahan, tanpa adanya komunikasi. Ini sekedar aku lakukan untuk melihat sebagaimana dia menungguku. Ah semoga saja cintanya padaku setulus cintaku padanya. semoga dia tetap menungguku, karena aku yakin aku akan datang menemuinya, karena aku yakin Tuhan telah membuat rencana yang sangat indah untuk kita
 “Tenaglah sayang...” gumanku                                                       
◊     ◊    ◊
4 tahun sudah berlalu, aku benar-benar berusaha begitu keras untuk cepat menyelesaikan studiku ini, agar aku bisa secepatnya membawa gadis pujaanku kepelabuhan terakhirku. Ah tak sabar aku, serasa waktu begitu lambat berlalu.     Aku duduk dicafe tempat biasaku menghabiskan waktuku, tuk sekedar mengisi waktu luang atau untuk sekedar menyelesaikan skripsiku. Tiba-tiba Tomi datang menghampiriku, melihatnya ada guratan kemaharan diwajahnya.
“ Adda appa ini...’?” batinku
“Tio, Lihat ini,,” ujarnya sembari menyerahkan Hpnya yang berisi SMS dari Vhea Aku membacanya dengan saksama
Tomi aku mohon, beritaukan pada Tio, aku sungguh mencintainya. Sangat mencintainya, tanyakan kepastian akan cintanya agar aku bisa menunggunya. Tomi, aku dilamar oleh orang yang tak pernah aku inginkan, beritau Tio akan hal ini,, jika dia memang mencintaiku,, aku akan menolak lamaran tersebut, namun jika dia tidak mencintaiku akan akan menerima lamaran itu. Mohon sampaikan secepatnya.    
Aku selesai membaca. Aku tak tau harus bagaimana, aku belum bisa melamarnya sekarang. Penghasilanku belum cukup dan aku belum siap. Aku benar-benar bingung. Aku menyodorkan kembali Hp milik Tomi
“Bagaimana ?“ tanyanya
 “Aku tak tau...” Jawabku singkat
 “Appa maksdmu tak tau Tio...apa kamu rela membiarkan wanita yang kamu cintai menikah dengan orang lain..” Tanya Tomi mulai marah
“Aku belum siap untuk menikahinya...” jawabku singkat
 “Dia tak menyuruhmu menikahinya sekarng, dia hanya menanyakan kepastian cintamu, dia akan menunggumu....” emosi Tomi
 “apalagi yang kau tunggu Yo, kau sudah mempunyai pekerjaan, gelar doktermu akan segera kau raih, apalagi yang kau tunggu? “
“aku tak tau Tom, jangan paksa aku” bentaku
“Oh,,, gini cara kamu yo, seandainya aku gag mikirn perasaan kamu, aku sudah mengajak Vhea menikah, apalagi yang aku tunggu, aku sudah memiliki penghasilan,, seandainya kamu tidak mencintainya, aku akan membawanya yo, namun kalian saling mencintai, apa dayaku “ bentak Tomi sambil memukul meja. Aku hanya diam melihat Tomi yang begitu marah padaku.
 “oke kalau begitu, aku harus bilang apa pada Vhea? “
“tak taulah Tom, katakan selamat padanya...” Ujarku, setan mana yang merasukiku ketika aku mengatakan hal tersebut. Sunggu aku tak menyadarinya.
“Oh begitu ya...”Ujar Tomi sambil meninggalkanku begitu saja    
            Aku sunggu menyesal, tak tau harus berbuat appa, aku belum siap untuk menemuinya. Aku belum siap untuk berjanji padanya. ah aku tak tau harus berbuat apa. Luka yang aku buat sendiri makin membesar.    
            Bulan telah berganti,  luka yang dulu aku buat sendiri makin terkoyak ketika aku mendengar kabar pernikahannya. Aku sunggu menyesal, kini  wanita yang aku cintai sudah menjadi milik orang. Luka ini sunggu sulit tuk mengering, bahkan tak bisa mengering sama sekali. Aku tak sanggup menghadapi semua kebodhanku. Andai saja waktu itu aku memberi kepastian akan cintaku, mungkin tak akan berakhir seperti ini. Mungkin dia telah menjadi miliku seutuhnya.
◊     ◊    ◊
Tittttttt....
Dering sms seketika membangunkanku dari masa laluku yang membuatku terluka hingga sekarang. Luka yang belum juga sembuh selama 2 tahun. Luka yang masih begitu basah. Membuat hatiku kian pilu. Membuatku rindu akan senyumnya. SMS dari Tomi,
 “Kamu dimana?””
 “DICafe biasa” balasku
“Tunggu Aku disana, 30 menit lagi aku tiba..”
 “oke “    
Ada harapan ketika aku membaca sms itu, harapan Tomi akan membawa Vhea kehadapanku. Ah itu mustahil, Vhea sudah menjadi milik orang lain dan itu tak akan mungkin, namun aku masih tetap berharap kedatangannya, menemuiku. Sulit untuk aku mengerti perasaan ini. Pernah aku berfikir untuk menemui Vhea, mengajaknya menikah, meninggalkan suaminya. Entah setah mana yang merasukiku, namun seketika aku tepis. Itu mustahil aku lakukan, aku tak ingin merusak kebahagia Vhea. Ah luka ini benar-benar membakar seluruh jiwaku. 30 menit berlalu. Tomi datang tepat waktu, senyumnya merekah.
 “adda appa kamu senyum-senyum “ tanyaku penasaran
 “Ada yang mau aku kenalin sama kamu...” ujaarnya semangat
“siapa’ ?”tanyaku malas
 “Vhe,,, masuk....” Panggilnya Seketika aku menoleh kearah pintu, jantungku berdetak tak karuan, ada perasaan yang entah datang dari mana, aku melihatnya, terkejut. Wanita yang selama ini aku cinta ada dihadapanku. Menangis, didepanku. Aku tak kuasa melihatnya. Tak tau harus berbuat apa, aku ingin menghapus air matanya,namun aku takut, aku tak ingin menyentuhnya karena dia  belum menjadi halal bagiku.
 “Vhea,,,, bukannya kamu telah menikah...” tanyaku ter bata-bata
“Aku masih menunggumu Tio, aku masih mencintaimu.Tomi menceritakan semuanya. Bahwa kamu masih mencintaiku, dan aku terus tetap menunggumu. Kami merencanakan semua ini agar kamu mengerti betapa aku mencintaimu..” jelasnya
“Aku mencintaimu Vhe, sangat mencintaimu..”? maukah kamu menjadi pelabuhan terakhirku?” dengan mantap kulamar dia Dia hanya mengangguk. Hatiku bahagia, aku tak akan melepasnya lagi, tak akan melakukan kesalahan untuk yang kesekian kalinya. Dia sudah ada dihadapanku. Aku kan menjadikannya yang terakhir untukku. Membawanya kebeabuhan terakhirku. Menjadikannya halal bagiku. Sungguh aku mencintaimu. Dan kini miliku seutuhnya, hanya miliku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar