Akhirnya Ku Menemukanmu
Gadis
itu bernama Vea. Gadis yang membuatku mulai mengenal cinta. Wajahnya yang manis
memberikan aku keteduhan ketika memandangnya. Aku masih belum terlalu mengenal
cinta, ketika itu umurku baru menginjak 16 tahun ketika aku mulai mengenalnya.
Entah berawal dari mana aku mulai mengetahuinya, seakan Tuhanlah yang
mempertemukan kita. Aku hanya tau namanya, aku tak berani mengajaknya
berkenalan. Cukuplah hanya memandang wajahnya membuatku bahagia.
Vea tinggal di sebuah
kota, dekat dengan tempatku menuntut ilmu, setiap hari aku bisa memandang
wajahnya, melihat senyumnya, seakan ia memiliki pancaran cahaya dari wajahnya
sehingga membuatku sangat tenang kentika memandangnya. Namun, mungkin dia
belum menyadari bahwa aku sering memperhatikannya, ah aku telah mengotorinya
walau hanya dengan memandang wajahnya saja. Sebenarnya aku ingin melupakannya,
aku begitu teramat takut mengajaknya berkenalan secara langsung, aku tak mau
mengotori jemarinya, aku tak mau membuatnya kotor karena cintaku
padanya.
◊ ◊ ◊
Waktu
begitu cepat beralalu, 1 tahun sudah semenjak aku tau sahabatku juga menaruh
hati padanya, aku mulai menyimpan rasa ini, menguburnya kedasar hatiku,
biarlah hanya aku yang tau rasa ini, biarlah aku yang terluka aku tak ingin
menyakiti sahabatku. Dan semenjak 1 tahun yang lalu, aku mulai menghindar
darinya, namun tak lantas membuatku berhenti mencintainya, semakin kemenjauh
darinya semakin cinta ini begitu besar untukknya, aku takut, takut tak bisa
mengendalikan emosiku, takut aku kan melukai sahabatku. Aku sangat takut.
Malam
yang cerah, namun tak secerah hatiku, hatiku galau memikirkan gadis yang aku
cintai. Tak bisa berfikir apa-apa, aku ingin segera mengakhiri studiku agar aku
tak bertemu dengannya lagi, agar rasa sakitku bisa terobati sedikit demi
sedikit, mungkin dengan cara itu aku bisa melupakannya. Saat aku asyik dengan
kesendirianku, tiba-tiba Tomi datang, menganggetkanku
“Tom,,, tumben....”
Tanyaku
“To the poit aja Yo,,,
aku sudah nembak Vhea...”
“Trus “ tanyaku penasaran bercampur dengan
rasa takut
“Dia nolak aku...”
ujarnya kecewa
“ kenapa “ tanyaku penasaran
“ dia mencintai orang lain...”
“ siapa ‘”? tanyaku
“Kamu.....” Jawab Tomi
sambil memandangku
“Aku,,,,?” tanyaku
terbata-bata
Hatiku sungguh girang bukan main, namun aku
benar-benar takut, Tomi akan kecewa denganku. Aku sedih melihat sahabatku
sedih.
“Maaf Tom, aku gag
bermaksud, aku memang mencintai Vhea, namun aku tak ingin kamu tau hatiku
sesunggunya,,, sampai saat ini aku masih mencintainya..” ujarku menjelaskan
Tomi hanya tersenyum
“So, tunggu appa lagi
kawan, tembak dia.....” bujuk Tomi
“aku gag bisa Tom,
Pegang janjiku, aku akan melamarnya 6 tahun lagi, setelah aku sukses menjadi
seorang dokter “ ujarku berapi-api”
“Inii baru
sobatku...”Ujar Tomi menyemangatiku.
◊ ◊ ◊
Waktu terus berlalu,
kini aku telah menyelesaikan Studiku di bangku SMA, dan aku meninggalkan gadis
yang aku cintai tanpa adanya janji, tanpa adanya salam perpisahan, tanpa adanya
komunikasi. Ini sekedar aku lakukan untuk melihat sebagaimana dia menungguku.
Ah semoga saja cintanya padaku setulus cintaku padanya. semoga dia tetap
menungguku, karena aku yakin aku akan datang menemuinya, karena aku yakin Tuhan
telah membuat rencana yang sangat indah untuk kita
“Tenaglah sayang...” gumanku
◊ ◊ ◊
4
tahun sudah berlalu, aku benar-benar berusaha begitu keras untuk cepat
menyelesaikan studiku ini, agar aku bisa secepatnya membawa gadis pujaanku
kepelabuhan terakhirku. Ah tak sabar aku, serasa waktu begitu lambat berlalu.
Aku duduk dicafe tempat biasaku menghabiskan waktuku, tuk
sekedar mengisi waktu luang atau untuk sekedar menyelesaikan skripsiku.
Tiba-tiba Tomi datang menghampiriku, melihatnya ada guratan kemaharan
diwajahnya.
“ Adda appa ini...’?”
batinku
“Tio, Lihat ini,,”
ujarnya sembari menyerahkan Hpnya yang berisi SMS dari Vhea Aku membacanya
dengan saksama
Tomi
aku mohon, beritaukan pada Tio, aku sungguh mencintainya. Sangat mencintainya,
tanyakan kepastian akan cintanya agar aku bisa menunggunya. Tomi, aku dilamar
oleh orang yang tak pernah aku inginkan, beritau Tio akan hal ini,, jika dia
memang mencintaiku,, aku akan menolak lamaran tersebut, namun jika dia tidak
mencintaiku akan akan menerima lamaran itu. Mohon sampaikan secepatnya.
Aku selesai membaca.
Aku tak tau harus bagaimana, aku belum bisa melamarnya sekarang. Penghasilanku
belum cukup dan aku belum siap. Aku benar-benar bingung. Aku menyodorkan
kembali Hp milik Tomi
“Bagaimana ?“ tanyanya
“Aku tak tau...” Jawabku singkat
“Appa maksdmu tak tau Tio...apa kamu rela
membiarkan wanita yang kamu cintai menikah dengan orang lain..” Tanya Tomi mulai
marah
“Aku belum siap untuk
menikahinya...” jawabku singkat
“Dia tak menyuruhmu menikahinya sekarng, dia
hanya menanyakan kepastian cintamu, dia akan menunggumu....” emosi Tomi
“apalagi yang kau tunggu Yo, kau sudah
mempunyai pekerjaan, gelar doktermu akan segera kau raih, apalagi yang kau
tunggu? “
“aku tak tau Tom,
jangan paksa aku” bentaku
“Oh,,, gini cara kamu
yo, seandainya aku gag mikirn perasaan kamu, aku sudah mengajak Vhea menikah,
apalagi yang aku tunggu, aku sudah memiliki penghasilan,, seandainya kamu tidak
mencintainya, aku akan membawanya yo, namun kalian saling mencintai, apa dayaku
“ bentak Tomi sambil memukul meja. Aku hanya diam melihat Tomi yang begitu
marah padaku.
“oke kalau begitu, aku harus bilang apa pada
Vhea? “
“tak taulah Tom,
katakan selamat padanya...” Ujarku, setan mana yang merasukiku ketika aku
mengatakan hal tersebut. Sunggu aku tak menyadarinya.
“Oh begitu ya...”Ujar
Tomi sambil meninggalkanku begitu saja
Aku
sunggu menyesal, tak tau harus berbuat appa, aku belum siap untuk menemuinya.
Aku belum siap untuk berjanji padanya. ah aku tak tau harus berbuat apa. Luka
yang aku buat sendiri makin membesar.
Bulan
telah berganti, luka yang dulu aku buat sendiri makin terkoyak ketika aku
mendengar kabar pernikahannya. Aku sunggu menyesal, kini wanita yang aku
cintai sudah menjadi milik orang. Luka ini sunggu sulit tuk mengering, bahkan
tak bisa mengering sama sekali. Aku tak sanggup menghadapi semua kebodhanku.
Andai saja waktu itu aku memberi kepastian akan cintaku, mungkin tak akan
berakhir seperti ini. Mungkin dia telah menjadi miliku seutuhnya.
◊ ◊ ◊
Tittttttt....
Dering sms seketika
membangunkanku dari masa laluku yang membuatku terluka hingga sekarang. Luka
yang belum juga sembuh selama 2 tahun. Luka yang masih begitu basah. Membuat
hatiku kian pilu. Membuatku rindu akan senyumnya. SMS dari Tomi,
“Kamu dimana?””
“DICafe biasa” balasku
“Tunggu Aku disana, 30
menit lagi aku tiba..”
“oke “
Ada harapan ketika aku
membaca sms itu, harapan Tomi akan membawa Vhea kehadapanku. Ah itu mustahil,
Vhea sudah menjadi milik orang lain dan itu tak akan mungkin, namun aku masih
tetap berharap kedatangannya, menemuiku. Sulit untuk aku mengerti perasaan ini.
Pernah aku berfikir untuk menemui Vhea, mengajaknya menikah, meninggalkan
suaminya. Entah setah mana yang merasukiku, namun seketika aku tepis. Itu
mustahil aku lakukan, aku tak ingin merusak kebahagia Vhea. Ah luka ini
benar-benar membakar seluruh jiwaku. 30 menit berlalu. Tomi datang tepat waktu,
senyumnya merekah.
“adda appa kamu senyum-senyum “ tanyaku
penasaran
“Ada yang mau aku kenalin sama kamu...”
ujaarnya semangat
“siapa’ ?”tanyaku malas
“Vhe,,, masuk....” Panggilnya Seketika aku menoleh
kearah pintu, jantungku berdetak tak karuan, ada perasaan yang entah datang
dari mana, aku melihatnya, terkejut. Wanita yang selama ini aku cinta ada
dihadapanku. Menangis, didepanku. Aku tak kuasa melihatnya. Tak tau harus
berbuat apa, aku ingin menghapus air matanya,namun aku takut, aku tak ingin
menyentuhnya karena dia belum menjadi halal bagiku.
“Vhea,,,, bukannya kamu telah menikah...”
tanyaku ter bata-bata
“Aku masih menunggumu
Tio, aku masih mencintaimu.Tomi menceritakan semuanya. Bahwa kamu masih
mencintaiku, dan aku terus tetap menunggumu. Kami merencanakan semua ini agar
kamu mengerti betapa aku mencintaimu..” jelasnya
“Aku mencintaimu Vhe,
sangat mencintaimu..”? maukah kamu menjadi pelabuhan terakhirku?” dengan mantap
kulamar dia Dia hanya mengangguk. Hatiku bahagia, aku tak akan melepasnya lagi,
tak akan melakukan kesalahan untuk yang kesekian kalinya. Dia sudah ada
dihadapanku. Aku kan menjadikannya yang terakhir untukku. Membawanya kebeabuhan
terakhirku. Menjadikannya halal bagiku. Sungguh aku mencintaimu. Dan kini
miliku seutuhnya, hanya miliku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar