Senin, 16 April 2012

Karakteristik media video


Karakteristik Media Video/Televisi Pembelajaran
Sebagai sebuah media pembelajaran, video/televisi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain. Adapun karakteristik media video agak berbeda dengan media televisi. Perbedaan itu terletak pada penggunaan dan sumber. Media video dapat digunakan kapan saja dan kontrol ada pada pengguna, sedangkan media televisi hanya dapat digunakan satu kali pada saat disiarkan, dan kontrol ada pada pengelola siaran. Namun secara umum kedua media ini mempunyai karakteristik yang sama, yaitu:
a.      Menampilkan gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan.
b.      Mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karena terlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit (proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya.
c.      Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen.
d.      Memungkinkan adanya rekayasa (animasi).

Adapun media video/televisi pembelajaran ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
•      Kelebihan
-        Dapat menstimulir efek gerak
-        Dapat diberi suara maupun warna
-        Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya
-        Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya
-        Dapat diputar ulang, diberhentikan sebentar, dan sebagainya (video)à control pada pengguna.
•      Kekurangan
-       Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya
-       Memerlukan tenaga listrik
-       Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam Pembuatannya
-       Tidak dapat diputar ulang (siaran televisi) à kontrol pada pengelola.
-       Sulit dibuat interaktif (khusus siaran langsung siaran televisi interaktif melalui telepon/sms).
-       Dan lain sebagainya.
Sistem Multimedia dapat dibagi menjadi:
1. Sistem Multimedia Stand Alone
Sistem ini berarti merupakan sistem komputer multimedia yang memiliki minimal storage (harddisk, CD-ROM/DVD-ROM/CD-RW/DVD-RW), alat
input (keyboard, mouse, scanner, mic), dan output (speaker, monitor, LCD Proyektor), VGA dan Soundcard.
2. Sistem Multimedia Berbasis Jaringan
Sistem ini harus terhubung melalui jaringan yang mempunyai bandwidth yang besar. Perbedaannya adalah adanya sharing sistem dan pengaksesan terhadap sumber daya yang sama. Contoh: video converence dan video broadcast.
Permasalahan: bila bandwidth kecil, maka akan terjadi kemacetan jaringan, delay dan masalah infrastruktur yang belum siap.
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat  sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar.
Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film  cerita dapat  diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.
Pengenalan Jenis-Jenis Film
Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa akan digambarkan dan direkan dalam sebuah lapisan emulsi yang peka cahaya, sehingga kita bisa menikmatinya. Walaupun sekarang ini telah ada kamera dengan media penyimpanan digital, namun penggunaan film sampai saat masih belum bisa digantikan dengan teknologi rekam lainnya.
Memilih jenis film harus disesbuaikan dengan kebutuhan pemotretan dan kamera yang akan digunakan. Pengetahuan tentang jenis-jenis film akan membantu pemotret untuk memilih filn yang tepat sesuai dengan kebutuhan pemotret (fotografer)
Ada dua jenis film yang biasa digunakan dalam fotografi yaitu film negatif dan film positif. Kedua jenis film ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Berikut penjelasan kedua jenis film tersebut.
·         Film negatif
Untuk foto dokumentasi keluarga biasanya menggunakan film cetak (film negatif). Dikatakan film negatif karena setelah mencucinya film tersebut masih harus dicetak pada kertas photo. Hasil cuci cetak film ini bisa dicetak berulang kali dengan berbagai ukuran.
Adapun dua jenis film cetak yaitu film negatif berwarna (colour) dan film negatif hitam putih (black and White). Format film ini ada yang berukuran 135 mm (untuk kamera SLR) dan 120 mm (untuk kamera format medium).
Mengapa dikatakan film negatif? Karena gambar yang dihasilkan lewat klise berbanding terbalik dengan hasil percetakan, jika klise terlihat terang maka hasil cetakan adalah gelap atau hitam.
  • Film hitam putih
Anda pasti sudah mengenal film hitam putih ini, film ini telah tersedia di toko-toko atau studio photo. Tetapi sejalan dengan perkembangan teknologi digital, eksistensi film ini sudah mulai berkurang. Sekarang film ini sudah sangat jarang ditemukan. Tetapi bagi fotografer baik entry level maupun kelas advance film ini belum tergantikan oleh teknologi digital. Film yang umumnya dijumpai adalah fil 35 mm hitam putih, film ini terbuat dari selulose dan polyster, disebut dengan istilah base. Pada base ini terdapat lapisan gelatin, yang diistilahkan sebagai emulsi. Pada emulsi terdapat senyawa halida perak, sering disebut silve salt, yang jika dikenai cahaya bisa berubah menjadi perak metalik (metalic silver).
Kelebihan dari film hitam putih  dalam pemotretan adalah terletak pada kemampuannya dalam menghasilkan gambar yang secara visual tampak lebih ekspersif dan dramatik. Oleh karena itu, jenis film ini menjadi andalan untuk foto jurnalistik, atau foto seni, seperti foto profile dan arsitektur.  Kelebihan lainnya adalah dalam hal ketahanannya menyimpan citra gambar dalam tempo yang relatif lama dibandingkan dengan film cetak warna.
Bila proses cuci cetak dilakukan secara manual (dengan enlarge), film hitam putih ini dapat memberikan photo yang lebih artistik karena dapat menonjolkan sisi-sisi tertentu pada subjek foto. Disinilah hasil pemotretan dapat dimodifikasi sesuai dengan selera seni fotografer. Misalnya ingin menonjolkan garis-garis ketuaan seorang nenek atau kakek, penonjolan ini dapat dilakukan dengan pengaturan pencahayaan pada enlarge sedemikian rupa pada saat pencetakan.
  • Film berwarna
Orang awam umunya menggunakan film warna atau film cetak warna. Selain karena fleksibilitasnya tinggi, jenis film ini juga bisa digunakan untuk acara apapun. Film ini bisa dicetak hitam putih.
Film cetak warna biasanya memiliki toleransi terhadap pencahayaan objek yang kurang (under-exposure) atau kelebihan cahaya (over-exposure). Bila pemotretan atau hasil cuci filmnya menunjukkan kurang atau kelebihan cahaya dalam kadar tertentu masih bisa dikoreksi pada proses pencetakan film.
Emulsi warna gambar yang terekam dalam flm cetak warna dapat bertahan sampai dua tahun. Tetapi emulsi film warna sangat rentan terhadap fluktuasi suhu udara. Oleh karena itu, untuk penyimpanan film negatif warna membutuhkan perlakuan khusus.
fungsi frame (pigura) sebagai pembatas sebuag foto. Dalam hal komposisi, framing adalah teknik yang memanfaatkan obyek-obyek dalam foto untuk menuntun perhatian pemirsa ke daya tarik utama (point of interest - POI) dari foto yang kita buat.

5 komentar: